Skip to main content

Merbabu,terkadang aku merindukanmu!

Assalamu'alaykum..

Merbabu, hmm.. adalah gunung kedua yang aku daki. Kalau kata tante wiki, letak geografis 7,5 derajat LS dan 110,4derajat BT, dengan tipe strato. Letaknya di sebelah lereng timur ada Boyolali, di barat ada Magelang, Utara ada Semarang dan Selatan ada Salatiga. Waktu itu, kami (OSIPITAL crew) mendaki dalam rangka pendakian wajib di mana setiap AM atau anggota muda harus mengikuti kegiatan tsb agar dalam rangkaian cara menjadi AI atau anggota inti.

Aku dan Fita, mewakili angkatan repro mendapangi adik-adik kami, ada mas Ijal dari Osteo, mba Nova neuro, dan yang pasti kakak kami yang selalu menemani saat kegiatan alam yaitu, Imuno-1, mas Hakim, mas Danan, mas Boma, teh Tipunx, dan mba Ai. Kami naik lewat jalur Selo, dari pwt naik bus menuju semarang terus ke terminal boyolali, naik mobil sewaan sampe ke base camp di Selo. Sekirtar pukul 9 pagi, setelah saya dan bbrp crew melakukan panggilan alam dengan metode yang mas hakim ajarkan (elus-elus jempol kaki) kami berangkat dengan hati gembira~~
dengan rencana :
1. ngecamp di sabana 2
2. pagi berangkat muncak
3. jam 11 (klo gasalah) langsung capcus turun

Dari jalur selo, kita bisa lihat gunung merapi yang entah kenapa saat itu keliatan rada gersang, but still beautiful! Alam memang selalu menyajikan pemandangan indah bahkan di gurun pasir sekalipun. Jalur naik merbabu yang via selo ini juga lebih landai dan enak walaupun jadi meluangkan waktu lama. Tapi, pemandangan Merbabu bagus banget!

Sayangnya, di awal perjalanan mas Hakim mengalami serangan mendadak (tenang ini bukan stroke!) sebut saja kram, ya! mas Hakim yang bawa carrier paling gede merk Jack Wolfskin pinjeman dari mas Erwin kram!!!; untung ada mas Ijal yang sedang "sabar" dan ada mas Boma yang rela bertukar carrier sama mas Hakim. Oke, perjalanan kami kali beda dari biasanya, karena sang Komandan kami yang biasa selalu berada di baris depan harus tertinggal di belakang karena serangan "kram" yang datang mendadak sekali, oh em ji.

Walaupun gak bisa secepat lainnya, dan banyak istirahat untungnya lari-lari di kampus tiap selasa-kamis lumayan membantu saya yang staminanya keplek-keplek. Karena tauk kalau berada di barisan belakang bikin ga semangat, dengan semangat ga pingin kehilangan semangat saya memeksakan diri untuk ikut di barisan depan. Yap, pada akhirnya saya berada di barisan depan bersama mba Nova, mas Didi, adik2 kami Otongs dan Opi. Awalnya karena udah merasa gak sanggup kami memutuskan untuk berhenti di sabana 1 atau pos 4(katanya) dan ngecamp di sana. Awalnya kami malah sempet ketemu pseudo sabana 1 (alias sabana palsu) di situ kami sempet ngumpul bareng dulu, terus hore-hore seneng uda ke sabana 1 yang ternyata harkos. 

Akhirnya karena ngobrol-ngobrol dikit sama salah satu pendaki yang turun dari sabana 2, katanya sih sabana 2 cukup deket ga kayak post 2 ke pseudo sabana, pseudo sabana ke sabana 1. Dengan ogah-ogahan kamipun, melanjutkan perjalanan menuju sabana 2 ya naik-turun ke puncak gunung, yups bener2 naik turun, awalnya turun bangeeet terus naik lagi. Tapi, pemandangannya bikin ga nyesel mutusin ke sabana 2, beda dari perjalan mendaki gunung sindoro, di merbabu ini tepatnya otw dai sabana 1 ke sabana 2 pemandangannya indah banget, yap klo nnton baru kali ini bener-bener liat gunung kayak di pilm-pilm. Jalannya kecil kayak ada rumput-rumput liar di sekitar dan langit yang biru muda ada di atas kita, what a wonderfull world! Tiba-tiba semangat buat melanjutkan perjalanan ke sabana 2. Maka sampailah kami di sabana 2, for the first time saya sampai paling pertama di tempat tujuan (sebuh prestasi menurut saya). Oke kami langsung membuat tenda..
Momen-momen di sabana 2:
1. Indi datang sendirian
Yang ini sangat mengejutkan, seorang AM yang belum pernah naik gunung, datang sendirian setelah kami sampai. Benar-benar joss!
2. Matahin sesuatu di tenda
well, ini adalah kejadian diluar praduga ketika kekuatan tangan melebihi kekuatan barang yang ada di tangan, dan tada!! patahlah barang itu..
3. Menjadi juru penyala kompor
mungkin memang sudah jadi tradisi kalau di gunung ada mas Ijal ada aku pasti bertengkar buktinya aku sama mas Ijal bertengkar gara-gara aku yang ga kompeten nyalain kompor "menurut mas Ijal", padahal selama mba Ai masak yang nyalain kompor dan memastikan kompor nyala itu aku mas!
4. Menjadi asistennya mbak Ai
Yeeey! akhirnya sy berkesempatan menjadi asisten juru masak, saat yang lain pada masuk tenda sy dan mba Ai (chef masternya osipital) berdingin-dingin di luar buat masakin makan malam, dan kami benar-benar seperti film-film drama saat itu.
5. Untuk pertama kalinya mas Hakim jadi yang terakhir sampai!
Yap itu gara-gara serangan "kram" yg mendadak, yang kata Mas Hakim kambuhan saat itu.

Oh iya sabana 2 ini punya pemandangan yang indah banget, ga nyesel deh naik merbabu, pemandangannya emang kalau menurutku itu kayak di pilm-pilm. Paginya, kami melanjutkan perjalanan ke puncak gunung minus mbak Nova dan mas Ijal, seperti puncak gunung lainnya, sama-sama susah didaki. Untung aja ngecamp di sabana 2 jadi ga terlalu amat jauhnya. Kali ini aku harus berada di barisan terakhir, di sini sy berperan sebagai penyemangatnya mba Ai, Biuti, sama Fita. Sy bahkan harus berteriak2 dan di liatin pendaki lainnya, karena manggil-manggil nama mereka satu per satu buat ngasih semangat. Kenapa gitu? Ya, sy pikir kalau sy jadi mereka ada orang di depan yang nunggu dan kasih semangat itu bisa jadi motivasi untuk terus naik..

Akhirnya ga beberapa lama kemudian kami sampai dipuncak dan berfoto ria! Yeeeey!!

Saat hari mulai siang kami mumutuskan untuk turun dan makan sebentar lalu lanjut turun gunung, sayangnya cuaca siang itu lagi mendung jadi gerimis-gerimis gimana gitu. Apalagi kami lewat jalur yang ga okeh banget. Sy yang harusnya ngelindungin adik-adik malah ditolongin sama mereka karena hampir jatuh, dan itu bener-bener jatuh!! Saya sampai bergelantungan di dua pohon biar ga kebablasan jatuh terus ngegelinding kayak bola yang digelindingin. Pada akhirnya, sy berada di barisan belakang bareng Indy, mba Ai, mas Didi, Fita, sama mas Ijal. Rupanya Indy memang cewek strong, jadi dia jalan ngeduluin kita semua (udah ga ngerti lagi). Saya akhirnya jalan bareng mas Didi, Fita sama mas Ijal. Mungkin, saat itu mas Didi lelah menunggu dan harus sering berhenti gara-gara saya, yah saat itu tiba2 sy ga enak badan. Aduh, mas Didi waktu itu bener-bener udah kakak banget deh! Sabar banget nungguin walaupun suasana bareng mas Didi itu selalu dingin karena mas Didi ini memang ga secerewet mas Ijal dan mas Cahya. Gak kebanyang gimana Fita yang ditemenenin mas Ijal. Mungkin kalau obrolan mereka bisa dibikin novel, gak kayak obrolanku sama mas Didi yang dijadiin cerpenpun gamungkin.

Tapi alhamdulillah, sekitar jam 4an aku sampai ke basecamp, yey! di sana udah disediain teh manis anget, dan yang terpenting pas sampai sana banyak pendaki yang mau naik. Untuk naiknya uda dari kemaren jadi ga serame sekarang. Sekitar magriban kami cus ke terminal dan melanjutkan perjalanan ke kota kami tercinta, Puertorico alias Purwokerto.

Hal-hal yang dipelajari :
1. Latihan fisik sebelum naik itu penting, sepenting sahur waktu puasa
2. Selalu sedia alat-alat medis yang lengkap
3. Belajar masak itu penting buat survival di alam bebas
4. Semua alat gunung harus pandai makainya biar ga ngerusakin
5. Jadilah baris terdepan waktu naik biar semangatnya lebih Joss
6. Jika perempuan maka carilah teman laki-laki saat turun biar kalau ada apa2 ada yang nemenin, setidaknya ada.

Walaupun setelah naik merbabu, aku harus istirahat di rumah hampir 4 hari gara-gara sakit gigi yang akhirnya harus OD. Tapi, pendakian ke Merbabu ini kadang-kadang membuatku rindu untuk naik gunung lagi, lagi, dan lagi. Mungkin nanti mampir ke Merbabu lagi. Gunung-gunung di Jawa, I'll come to you!

Mengaku mapala,


HDM

Comments

Popular posts from this blog

.

 Assalamu'alaikum, Alhamdulillah masih ada waktu walau sedikit untuk menuliskan semua gundah gulana di hati (cielah). Ternyata setelah 1 tahun setelah berada di tempat yang asing, hari-hari terasa lebih cepat berlalu dibandingkan 1 tahun pertama. Aku yang sudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar (sapi yang berkeliaran, sampah yang harus dibakar, atau cuaca yg berubah-ubah seperti hatiku yang berubah-ubah). Aku jadi lebih enjoy dan lebih pasrah menangani pasien yang attitudenya membuat sakit hati (gak semuanya ya), menghadapi ketokan-ketokan maut yang bikin kaget, sabar menghadapi perawat atau bidan yang sering miss komunikasi denganku, atau menghadapi orang-orang yang unik. Semuanya menjadi lebih baik lagi setelah aku memutuskan untuk praktek di apotik teman, yang kemudian mengantarkanku mengenal banyak orang yang ternyata asik. Kegiatan-kegiatan IDI juga membuatku lebih bersemangat belajar. Ternyata berkenalan, sharing, dan saling konsul dengan teman sejawat itu bisa menjadi mo

Mencoba hidup sehat versi Heidi 2

Setelah 1 tahun menjadi vegan dengan cheating day ku sehari setiap minggu. Aku akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi manusia omnivora, alasannya karena ditempat ku tinggal sekarang, jenis sayuran sangat terbatas dan sulit untukku memenuhi kebutuhan gizi ku. Anyways aku akan tulis tentang beberapa penelitian mengenai vegetarian di next tulisan blog ku. Oiya, vegetarian dan vegan itu beda ya. Vegetarian adalah hanya makanan sayur (plant-based) dan tidak makan hewani, contoh daging ayam, sapi, ikan tapi masih mengonsumsi makanan-makanan yang asalnya dari hewani, contoh telur, susu, keju, madu. Nah kalau vegan tidak mengonmsi makanan jenis apapun yang berasal dari hewani. Kesimpulanya vegan hanya makan sayur dan buah-buahnya saja.  Kalau aku sendiri pengalaman jadi vegan itu benar-benar mendetok tubuhku. Nafsu makan sama makan-makanan receh pun berkurang dratis setelah memutuskan jadi vegan. Tapi, berat badan bukan lagi jadi tujuan utama. Karena kalau fokus sama BB kita hanya fokus sam

Mencoba hidup sehat versi Heidi

 Assalamu'alaikum,  Akhir-akhir ini masyarakat sudah banyak yang sadar dan "mencoba" pola hidup sehat, terutama di daerah perkotaan. Alih-alih ingin sehat, turunnya timbang badan juga merupakan tujuan utama orang-orang mengubah pola hidupnya. Sejak tahun 2018 begitu pindah dari kota belajarku tercintah (Purwokerto) ke Jakarta. Aku mengalami perubahan dratis pola makan, menjadi sangat tidak sehat. Minuman boba, es kopi ala2 kenangan masa lalu yang suram, atau fast food yang tinggal kepeleset dapet membuatku kalap. Dari yang setiap minggu lari sore menjadi setiap minggu minum boba dan makan gorengan, Berat badanku yang masih di angka 50an melonjak dratis ke angka 60an. Sampai-sampai masalah jerawat yang sudah solved tiba-tiba muncul lagi dan muncul berbagai macam alergi kulit lainnya. Antibiotik yang awalnya fine2 aja tiba2 bikin alergi. Sampai pada akhirnya tubuhku memborantak, luka kecil di kaki berubah jadi eksim parah yang menyerang seluruh tubuh, sampai banyak yang men