Skip to main content

Grew Up!

Saat aku dilahirkan ibuku mengira aku memiliki IQ dan intelegensi kurang dari rata-rata. Maka dari itu dari lahir sampai aku remaja mama selalu memberikan makanan yang terbaik bagi anak-anaknya. Walau bukan terlahir dari orang yang kaya raya tapi apapun  yang anaknya inginkan selalu diberi, walaupun harus keluar malam-malam padahal baru pulang dari kerja saat magrib.. Dan yang ditakutkan mama itu tidak terjadi

Ketika kita masih kecil banyak hal di dunia ini yang kita anggap mungkin terjadi, semua yang kita inginkan, kita tidak perlu mengeluarkan usaha yang besar untuk mendapatkannya. Hanya dengan menangis dan merajuk kita akan mendapatkan apa yang kita mau. Semuanya terasa mudah diraih, ada kenyakinan dari kita bahwa saat dewasa nanti apa yang kita inginkan saat itu akan dengan mudah kita dapatkan, seperti apa kita nanti akan dengan mudah kita mencapainya.
Tapi saat kita mulai remaja, saat kita mulai dipercaya oleh orang sekitar untuk memegang sebuah rahasia atau amanah, saat kita dibolehkan pulang telat, saat kita dirasa cukup bertanggung jawab bila dilepas sendirian, maka hidup kita sedikit banyak berubah. Semua hal yang dulu dirasa mudah diraih, sekarang menjadi terasa susah untuk meraihnya. Cita-cita yang dulu diinginkan satu per satu kita pilih mana yang lebih realistis dan mungkin kita capai.

Menjadi remaja atau dewasa, berarti kita tidak lagi memikirkan diri sendiri, tapi kita mulai memikirkan orang lain, memikirkan orang tua, saudara, teman atau bahkan pacar. Kita akan dengan mudah menjelajahi tempat-tempat baru, menemui teman baru, melakukan hal-hal baru, bermain, tertawa, seenaknya tanpa pengawasan orang tua yang berlebihan. Menjadi dewasa berarti kita dipercaya atas diri kita sendiri, sudah tidak menjadi anak manja yang apa-apanya tergantung oleh orang tua, kadang ada rasa sombong untk berhenti bergantung pada orang tua, untuk meminta pun jadi sedikit malu. Karena kita bukan lagi anak yang tiap pulang sekolah di jemput yang meminta perlindungan dari orang tua, tapi sudah tumbuh dewasa dan siap menghadapi dunia.

Hal-hal yang dulu kita tidak tahu, satu per satu mulai terkuak, perasaan kita jadi lebih peka atau malah sebaliknya. Hal-hal kecil dulu yang kita pikirkan dan kita sukai digantikan oleh hal-hal yang lebih besar yang terkadang bisa menyentuh emosi kita.  Kita mulai memikirkan orang lain, mulai merasa tidak tegaan, mulai melakukan hal-hal susah untuk orang lain, dan juga mempunyai segundang masalah yang harus diselesaikan sendiri, tanpa bantuan orang tua.
Yang dulunya segala hal kita ceritakan pada orang lain, dengan seiring waktu mulut pun ikut belajar bagaimana cara mengolah kata yang benar, dan menyembunyikan sesuatu yang tidak ingin dikuak. Hati yang dulu dipenuhi oleh rasa sayang kepada orang tua dan saudara, kini mulai diisi dengan orang-orang yang baru, bisa sahabat atau mungkin kekasih. Yang dulu hanya menonton film dongeng dari Disney atau Looney tunes, Pixar kini digantikan film-film action Paramount, dsb. Mungkin beberapa dari kita mulai tertarik dengan politik, aktif dalam kegiatan organisasi, atau mengerjakan beberapa karya ilmiah. Semua hal yang dulu ingin diraih ada bebepa mungkin yang berubah seiiring setelah kita dewasa, sebaliknya hal-hal yang tidak pernah kita bayangkan tiba-tiba kita inginkan saat dewasa. Banyak hal akan berubah nantinya saat kita menjadi dewasa.

Hah.. intinya saat menjadi dewasa akan ada banyak kesenangan yang kita dapat, akan ada banyak hal dan pengalaman baru yang kita temui, tapi harga yg kita bayar pun cukup mahal untuk itu, karena tanggung jawab yang kita dapat juga akan semakin besa-besar dan besar.  Tapi tunggu! menjadi dewasa itu menyenangkan dan sebuah amanah yang harus kita jaga baik-baik, karena diizinkan oleh Tuhan menjadi dewasa berarti Tuhan mempercayai kita untuk menghadapi dunia, untuk menyelesaikan berbagai masalah di dunia hmm.. mungkin seperti khalifah.. Bukankah manusia memang diciptakan untuk menjadi khalifah?

H-5 Lebaran



Hey


Comments

Popular posts from this blog

Mencoba hidup sehat versi Heidi 2

Setelah 1 tahun menjadi vegan dengan cheating day ku sehari setiap minggu. Aku akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi manusia omnivora, alasannya karena ditempat ku tinggal sekarang, jenis sayuran sangat terbatas dan sulit untukku memenuhi kebutuhan gizi ku. Anyways aku akan tulis tentang beberapa penelitian mengenai vegetarian di next tulisan blog ku. Oiya, vegetarian dan vegan itu beda ya. Vegetarian adalah hanya makanan sayur (plant-based) dan tidak makan hewani, contoh daging ayam, sapi, ikan tapi masih mengonsumsi makanan-makanan yang asalnya dari hewani, contoh telur, susu, keju, madu. Nah kalau vegan tidak mengonmsi makanan jenis apapun yang berasal dari hewani. Kesimpulanya vegan hanya makan sayur dan buah-buahnya saja.  Kalau aku sendiri pengalaman jadi vegan itu benar-benar mendetok tubuhku. Nafsu makan sama makan-makanan receh pun berkurang dratis setelah memutuskan jadi vegan. Tapi, berat badan bukan lagi jadi tujuan utama. Karena kalau fokus sama BB kita hanya fokus...

Say no to "Uda biasa ko" pada hal-hal yang buruk !

  Tulisan saya didedikasikan untuk pengalaman pribadi saya yang muak dengan orang-orang yang percaya dengan “kebiasaan” hal buruk, yang muak dengan orang-orang malas yang tidak mau keluar dari zona nyamannya, yang kesal dengan diri saya sendiri yang ternyata masih stuck disitu-situ saja. Kebiasaan buruk, seperti buang sampah sembarang, simpan barang sembarangan, atau bahkan tidak mengembalikan sesuatu ke tempat asal adalah hal sepele yang sangat berdampak besar. Kebiasaan seperti ini seharusnya tidak tumbuh di kalangan petugas kesehatan. Mulai dari dokter sampai dengan pahlawan kesehatan yang menurut saya sangaat penting, yaitu cleaning service. Bukankah dalam mewujudkan kesehatan bersama perlu didahului dengan kesehatan individu? Maksud saya disini adalah kepedulian individu terhadap kesehatan itu sendiri.   Saya adalah orang yang percaya bahwa kesehatan diawali dari hal-hal yang bersih. Dalam prinsip aseptic anti septic yang kami lakukan saat melakukan tindakan steril,...

?

Jadi, senin sore, 15 Juni 2015 aku masih ngeliatin foto itu. Masih, di sela-sela waktu kami mengobrol hal yg prognosisnya dubia et bonam (semoga aja bonam). "Semangat hei" kata Fita sama Fifi. "I'm Okay" jawabku, dan memang lagi baik-baik aja, setidaknya saat itu, saat aku memang harus baik-baik aja. Tapi aku gaktau beberapa bulan lagi, atau beberapa tahun lagi waktu aku lihat foto itu, aku bakal tetep baik-baik aja atau enggal. Satu hal yang aku tau banget dari diriku adalah aku bisa mengotrol diriku (baca=perasaan, mood) sekarang, tapi aku ga bisa memastikan aku bisa mengontrol masa depan. Pengertian rumitnya adalah aku bisa mengontrol diriku saat ini pada sesuatu hal yg terjadi padaku dengan keadaan yang memang bisa mendukungku, tapi di saat aku menghadapi hal itu lagi atau cuman sekedar mengingat hal itu di masa depan aku bisa galau tingkat dewa. Jadi, aku bisa mengotrol sekarang, tapi aku ga bisa memastikan aku bisa mengontrol masa depan. Jadi (lagi), mu...