Assalamu’alaykum, sangat terasa ternyata 4 bulan pertama di tanah perantauan, dengan suasana berbeda, teman berbeda, dan fasilitas yang jauh berbeda. Menjalani kehidupan sebagai nakes di masa pandemic ini juga menjadi tantangan bagi kami selama pengabdian, khususnya saya yang mau tidak mau harus menjadi salah satu anggota dari tim vaksinator yang ditunjuk sebagai petugas skrining. Ternyata melakukan skrining adalah hal yang sulit di daerah ini. Saya menemukan banyak sekali sasaran yang tidak mau disuntik alih-alih sedang sakit, sesak, atau penyakit maagnya kambuh.
Menyikapi berbagai macam sasaran
yang menyebalkan sangat membuat saya kewalahan. Belum lagi, 3 bulan yang lalu
saya harus menghadapi sasaran manja yang hampir saja merusak nama baik
puskesmas. Sampai sekarang saya berfikir, apa saya terlalu galak? Terlalu
lembek? Atau memang bodoh?
Tidak saya pungkiri, merasa lebih
mengetahui keadaan sasaran dari pada sasaran sering kali muncul, namun perasaan
ragu takut dan kasian kepadanya juga sering kali beradu dengan profesionalitas
saya. Bila awal pelaksanaan vaksin saya terkesan galak dan bodo amat dengan
keluhan sasaran. Akhir-akhir ini saya mencoba lebih lembut, mendengarkan dan
menyakinkan sasarankan dengan lebih baik. Sayangnya, banyaknya sasaran,
panasnya cuaca, dan tekanan dari pemerintah sering kali membuat saya kehilangan
kesabaran kepada pasien. Puncaknya adalah 2 hari yang lalu, saat saya sudah
terlalu malas berdebat dan merasa buang-buang waktu berbicara dengan sasaran
yang tidak ingin divaksin. Bukannya merasa lega, sekarang saya malah merasa
bersalah kepada mereka, karena tidak memperlakukan mereka sebagai mana saya
memperlakukan sasaran lainnya.
Lagi-lagi perasaan saya
berkecamuk, menjadikan evaluasi lagi untuk saya. Sebagai sebuah pengingat untuk
tetap sabar dan lebih peka dengan keadaan sekitar. Bukankah tidak selayaknya
menyalahkan mereka? Yang hidup dalam serba kekurangan.
Dalam masa-masa pandemic yang
penuh tekanan dari pemerintah dan penolakan dari masyarakat, kepada siapakah
saya perlu mendiskusikan hal ini? Sering kali jawaban petinggi2 jauh dari kata
“membantu” atau jawaban dari teman sejawat yang terkesan yang penting
melaksanakan kewajiban.
Ah, semoga saya selalu diberikan
hidayah, taufik dan pentunjuk dari sang Maha Penguasa.
Aamiin Allahumma Aamiin
Yang mencoba untuk sabar
10/11/21
Heidi
Comments
Post a Comment