Skip to main content

Bermimpi itu Butuh Teman

Assalamu’alaykum, bermimpi butuh teman? Emang iya? Well, ini bukan semata-mata berarti kita harus pnya mimpi yg sama kyk teman-teman kita, ataupun ini merupakan suatu pernyataan yang mengharuskan kita ditemani “orang” untuk hanya sekedar bermimpi. Kalau menurut saya sih, ini saran. Untuk menjadikan mimpi itu nyata, ya merealisasikan sebuah mimpi maka kita butuh seorang teman, yang mempunyai tekad yg sama kuatnya dengan kita bahkan lebih baik jika lebih dari kita, yang istiqamah sama mimpinya, juga yang selalu mendukung setiap mimpi-mimpi kita. Yang selalu mengingatkan kita ketika kita mulai lalai, yang mendorong kita ketika kita semakin lamban, yang mengajak kita ketika kita mulai futur dan nntinya yang menjulurkan tangannya ketika kita jatuh dalam keterpurukan. Yang pasti yang slalu memberikan semangat dalam kebaikan! (Aye)

Sebenernya sih, ini curcol. Haha, ya karena saya merasakan betul, ketika saya semakin menjauh dengan teman-teman bermimpi saya ini, rasanya hidup saya menjadi semakin hambar, krg tujuan yang pasti, bahkan mungkin mulai melupakan mimpi-mimpi yang ditulis jaman SMA dlu saya mulai berbelok menjalani hidup tanpa target, dan melupakan teman mimpi saya itu. Sampai akhirnya hari itu, saya bertemu dengan mereka lagi, seperti sebuah rekaman masa lalu, saya masih ingat jelas perasaan bahagia, perasaan membara-bara, perasaan bersemangat yang saya rasakan kembali ketika bertemu dengan mereka. Saya sadar saya lalai, terbuai dalam sebuah kesantaian sesaat. Dan saya mulai jenuh dengan keadaan seperti ini, sampai suatu saat sepulangnya saya bertemu mereka. Saya mengambil sebuah note, mencoba mengingat mimpi yang tidak berakar tekad yang kuat itu, saya bersyukur otak saya yg lama tidak diasah ini masih bisa mengingatnya, memang saya belum menulis 100 mimpi yang “kata” org2 sukses coba dituliskan, mungkin baru 20anlah, dan lucunya baru satu yg saya coret, itupun melenceng sedikit, itupun sering saya keluhkan akhir2 ini. Nah, masih mau bilang bermimpi itu cuman buat anak kecil? Saya memang baru meraih 1 mimpi dari puluhan mimpi itu, tapi ada bukti lain.

Seorang sahabat yang sedang kuliah di konstatinopel jaman ini bisa membuktikan, berawal dari mimpi menjadi seorang desaigner, pergi ke paris, belajar design di sana, jadi desaign kelas dunia, dan masuk ITB jurusan arsiktertur entah apalah, sahabat saya ini mulai meraih mimpi-mimpinya. Diterima undangan ke ITB namun ditolak karena beasiswa ke Turky, dan lebih hebatnya dia menjadi narasumber dalam sebuah seminat fashion. Keren kan? Menurut saya sih keren, ya sesuai lah sama mimpinya. Nah, saya melihat kesuksesan sahabat saya ini saya jadi tergugah lagi, yap memang betul mimpi itu harus bukan sekedar kemauan tapi harus ada tekad yang besar, nah kalo mengutip dari bukunya kang Dafer gini nih,
Cita-cita punya syarat penuaian, begitupun harapan dan keinginan punya harga amalnya. Kesungguhan mutlak sebagai penuainya, dan tekad adalah pengantarnya. Karena ketika pemikiran memberikan kita arah, tekadlah yang mendorong kita untuk melangkah, ketika pikiran menerangi jalan hidup kita, tekadlah yang meringankan kita menjalaninya. Menjadi apapun kita saat ini, mulailah dari tekad untuk mengawalinya.

Sekali lagi kalau bukan karena teman-teman ini saya sudah terlupa, mungkin api yang sekarang mulai membara lagi sudah benar-benar padam, meninggalkan abu penyesalan yang akan saya sadari disaat saya lemah nnti alias menjadi tua, argh!!! Gak gak mau gak gak mau (gaya 7icons). Oke, maka saya bilang teman bermimpi itu perlu, kalau memang suatu saat kita berada dalam situasi di mana kita harus berpisah dengan mereka, jangan sia-sian tuh teknologi, baru sadar kalau twit, fb, WA, ataupun line bisa jadi sarana mempertemukan insan2 pemimpi ini eits bukan pemimpi tapi peraih mimpi #ups.  Baru kerasa sekarang, padahal dlu twit, fb, dkk ini cuman sy gunakan buat berhubungan sama teman ya yg memang ketemu tiap hari bahkan sama teman 1 kontrakan yg cuman beda 2 kamar, kami main fb-fban. Adududududuh parah yaaa..

Ini bukan berarti saya bilang teman-teman sy di tmpt saya menimba ilmu ini tdk memberikan saya semangat, saya menemukan orang-orang hebat di sana, orang-orang yang sebelumnya saya belum pernah kenal, yang memiliki pemikiran2 hebat, yang gesit, yang saya jadikan idola beberapanya. Sahabat-sahabt saya di kota itu pun, memberikan warna baru pada hidup saya, memberikan nyawa baru, dan petualangan-petualangan seru. Hanya saja mungkin, saya belum berani bercerita tentang mimpi, karena kadang cerita tentang hal yg satu ini butuh keberanian tersendiri, bagaimana tidak, seorang gadis yang “have nothing lah bahasanya” punya banyak mimpi.

So, karena untuk bermimpi kita tidak bisa sembarangan berbagi dengan orang lain makanya saya rasa berkomunakasi terus dengan teman bermimpi itu butuh, butuh banget, biar kita istiqamah. So, berbahagialah kalian yang punya teman bermimpi!
Bukan berarti yang tidak punya teman bermimpi ini berarti terhalangi jalannya, coba carilah seorang sahabat yang bisa berbagi mimpi, mungkin sebenarnya teman satu kosan kita, teman kuliah kita, atau teman seorganisasikan kita juga sama punya mimpi yang besar, hanya saja sama-sama malu mengungkapnya. Atau lebih bagus lagi jadi pelopor, cause mimpi itu perlu perlu banget. Tanpa mimpi, hidup kyk gada tujuan ya mungkin tujuan ada sih cuman satu arah gitu. Tapi bukan cuman mimpi aja harus jadi peraih mimpi juga, banyak mimpi tapi gada action juga bikin kita makin merugi, udah capek mikirin mimpi eh malah penyesalan nantinya karena gada yg terwujud. Nauudzubillah

Mungkin, di next semester ini saya akan mulai berbagi mimpi, hehe :D mimpi apa ajalah. Mimpi ketemu sama pangeran berkuda putih juga saya ceritain #ehngawur. Yg pasti harapan terbesar saya, mimpi saya, teman-teman saya, dan adik-adik saya ini terwujud, yg jelas mimpi yg bagus2 :P Aamiin.
Nah, diakhir tulisan yg kemana2 tapi satu arah ini ada sebuah qoute dari alm KH Rahmat Abdullah yg lagi2 sy kutip dari bukunya kang Dafer :
Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu,
Teruslah berlari, hingga kebosanannya bosan mengejarmu,
Teruslah berjalan, hingga keletihan letih bersamamu,
Teruslah bertahan, hingga kefuturan futur menyertaimu,
Teruslah berjaga, hingga kelusuan itu lesuan mengikutimu.

Sebuah malam dengan bulan yang teramat indah,


Hdm

Comments

Popular posts from this blog

.

 Assalamu'alaikum, Alhamdulillah masih ada waktu walau sedikit untuk menuliskan semua gundah gulana di hati (cielah). Ternyata setelah 1 tahun setelah berada di tempat yang asing, hari-hari terasa lebih cepat berlalu dibandingkan 1 tahun pertama. Aku yang sudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar (sapi yang berkeliaran, sampah yang harus dibakar, atau cuaca yg berubah-ubah seperti hatiku yang berubah-ubah). Aku jadi lebih enjoy dan lebih pasrah menangani pasien yang attitudenya membuat sakit hati (gak semuanya ya), menghadapi ketokan-ketokan maut yang bikin kaget, sabar menghadapi perawat atau bidan yang sering miss komunikasi denganku, atau menghadapi orang-orang yang unik. Semuanya menjadi lebih baik lagi setelah aku memutuskan untuk praktek di apotik teman, yang kemudian mengantarkanku mengenal banyak orang yang ternyata asik. Kegiatan-kegiatan IDI juga membuatku lebih bersemangat belajar. Ternyata berkenalan, sharing, dan saling konsul dengan teman sejawat itu bisa menjadi mo

Mencoba hidup sehat versi Heidi 2

Setelah 1 tahun menjadi vegan dengan cheating day ku sehari setiap minggu. Aku akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi manusia omnivora, alasannya karena ditempat ku tinggal sekarang, jenis sayuran sangat terbatas dan sulit untukku memenuhi kebutuhan gizi ku. Anyways aku akan tulis tentang beberapa penelitian mengenai vegetarian di next tulisan blog ku. Oiya, vegetarian dan vegan itu beda ya. Vegetarian adalah hanya makanan sayur (plant-based) dan tidak makan hewani, contoh daging ayam, sapi, ikan tapi masih mengonsumsi makanan-makanan yang asalnya dari hewani, contoh telur, susu, keju, madu. Nah kalau vegan tidak mengonmsi makanan jenis apapun yang berasal dari hewani. Kesimpulanya vegan hanya makan sayur dan buah-buahnya saja.  Kalau aku sendiri pengalaman jadi vegan itu benar-benar mendetok tubuhku. Nafsu makan sama makan-makanan receh pun berkurang dratis setelah memutuskan jadi vegan. Tapi, berat badan bukan lagi jadi tujuan utama. Karena kalau fokus sama BB kita hanya fokus sam

Mencoba hidup sehat versi Heidi

 Assalamu'alaikum,  Akhir-akhir ini masyarakat sudah banyak yang sadar dan "mencoba" pola hidup sehat, terutama di daerah perkotaan. Alih-alih ingin sehat, turunnya timbang badan juga merupakan tujuan utama orang-orang mengubah pola hidupnya. Sejak tahun 2018 begitu pindah dari kota belajarku tercintah (Purwokerto) ke Jakarta. Aku mengalami perubahan dratis pola makan, menjadi sangat tidak sehat. Minuman boba, es kopi ala2 kenangan masa lalu yang suram, atau fast food yang tinggal kepeleset dapet membuatku kalap. Dari yang setiap minggu lari sore menjadi setiap minggu minum boba dan makan gorengan, Berat badanku yang masih di angka 50an melonjak dratis ke angka 60an. Sampai-sampai masalah jerawat yang sudah solved tiba-tiba muncul lagi dan muncul berbagai macam alergi kulit lainnya. Antibiotik yang awalnya fine2 aja tiba2 bikin alergi. Sampai pada akhirnya tubuhku memborantak, luka kecil di kaki berubah jadi eksim parah yang menyerang seluruh tubuh, sampai banyak yang men