Mungkin aku haru menyalahkan Fifi, karena aku sedikit bertambah "mellow" akibat efek jangka pendek dari film yang aku dan Fifi tonton, yah yg pastinya Fifi yang ngajak. Entah kenapa aku menjadi semakin, galau..
Malam ini, aku baru menyadari banyak hal, kehilangan banyak hal. Entah kenapa, aku merasakannya sangat-sangat menyakitkan. Aku bukan romantis, bukan orang yang bisa menunjukkan kalau aku sayang sama sesuatu, yap mungkin aku satu-satunya anak kosan yang selalu susah buat diajak hangout bareng, jarang beresin rumah, atau selalu pergi berkeliaran. Aku juga bukan sahabat yang bisa selalu ada, sms kadang lupa dijawab, bbm sama line grup yang cuman di read doang. Tapi, kalau mmang kami harus terpisahkan, maka aku satu-satunya yang duluan merasa kehilangan..
Aku benci namanya perpisahan, aku benci mengingat tawa, canda, atau ejekan-ejekan yang selalu kita lakukan setiap malam sambil menonton tv. Aku benci mengingat baunya sampah yang aku bereskan, benci menginat ketika salah satu dari mereka meletakkan kepalanya di pundakku, aku benci mengingat semuanya harus berakhir, Dan yang paling aku benci adalah ketika aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Aku juga benci ketika kita tidak berbicara selayaknya hari-hari yang lalu, ketika candaan yang kita mainkan terasa hambar dan tidak tulus, aku benci kalau harus mengingat semua perjalanan kita, aku benci ketika harus melihat foto-foto kita, aku benci ketika kita duduk berempat seperti biasanya, tapi hanya formalitas belaka..
Haduh, rasanya aku ingin teriak pada kalian semua, betapa aku merasa kehilangan kalian, kawan!
Orang yang merasa kehilangan
John Green, The Fault in our Stars |
Comments
Post a Comment