Skip to main content

Belajar dari dr. Yusuf

Assalamu'alaykum, hari ini sy akan bercerita tentang petualang *cielah* seorang dokter kecil yang sebut saja Dewi. Kenapa dokter kecil? karena dia terlalu dini untuk di sebut dr Muda dan terlalu biasa aja klo dibilang mahasiswa.

SO, jadi gini ceritanya..
Di suatu hari yang cerah, Dewi ini mendapatkan sms dari salah satu seniornya untuk membantu salah satu dokter yang terkenal di desa *ups* kota Purwokerto tercinta. Awalnya, dia pikir ga ikut aja, karena sms dari seniornya itu sudah beberapa jam yang lalu. Namun, telepon ketiga dari seniornya ini membuat dia bertekad bulat untuk bantuin dokter itu.

Beberapa jam kemudian, Dewi ini sudah siap dengan tas ransel berisi makanan siang dan menunggu seniornya, sebut saja Mas Sholih untuk segera dijemput ke klinik dokter tersebut. Sebenernya, Dewi ini sedikit males pergi ke sana, melihat motor yang digunakan Mas Sholih ini jenis motor yang besar *entah sebutan kerennya apa* jadi dia harus bersusah payah untuk naik dengan posisi duduk miring.

Sesampainya di tempat klinik dokter tsb yang ternyata adalah Apotik, sebut saja Aurora di mana tempat dr.Yusuf Suseno spesialis jantung praktek setiap hari sabtu di sana. Semua cerita berawal dari sini.
Sambil menunggu dr. Yusuf, Dewi mencoba untuk mencairkan suasana dengan pertanyaan2 keponya, dan dijawab dengan seperti biasa oleh Mas Sholih menggunakan ejek2annya. Tapi, setidaknya pikir Dewi, di setiap obrolan dengan seniornya ini walaupun selalu ada ejekan buatnya dia selalu bisa belajar dari situ, walaupun kadang2 membuat dia semakin rudet.

Jarum panjang menunjukkan angka sekitar jam 3 kurang, dr. Yusuf datang dan Dewi siap untuk membantunya, walapun sedikit deg-degan. Mas Sholih pun pergi. Pertama-tama Dewi membantu dr. Yusuf membaca USGnya jantung. semacam alat yang digunakan seperti USG tapi untuk jantung, -semacam alat seperti ecocardiogram tapi lebih sederhana- awalnya, Dewi merasa malu dan segan untuk bertanya-tanya, tapi untuknya dr.Yusuf yang menyuruhnya melihat layar USG tersebut dan menjelaskan sedikit mengenai apa yang ada di layar itu, dan sesekali dr.Yusuf juga menunjukkan hasil rekaman irama jantung pasiennya. Dari situ, yang bisa Dewi pelajarin itu satu, selalu ramah waktu pasien datang, ketika pulang ucapkan terimakasih dan semoga lekas sembuh.


Setelah membantu di bagian situ, Dewi disuruh dr.Yusuf untuk menggantikan mbak Septi -perawatnya- di bagian EKG dan mencoba menggunakan EKG. Di tempat ini Dewi bersama dengan mbak, sebut saja mbak Ferri, harus menensi pasien, memasang EKG, dan merekap keluhan serta tekanan pasien di kartu berwarna biru dan merah pasien.


Dewi, yang tidak pedean ini, awalnya tidak berani disuruh -hanya- menensi pasien saja, tapi karena tidak enak melihat mbak Ferri yang sibuk sendiri, akhirnya Dewi memberanikan diri untuk menensi pasien. Lama kelamaan, Dewi mulai membantuk sedikit2 pemasangan EKG, mulai dari bagian tangan dan kaki. Untuk warna hijau dijepitkan dipergelangan kaki kiri, warna Hitam kaki kanan, warna merah pergelangan tangan kanan, warna kuning pergelangan tangan kiri. Nah, bagian pemasangan di C1-C6, Dewi ini sampai giliran shift bantuin dr Yusuf lagi belum berani praktek sendiri ya walaupun dia sudah bisa.

Akhirnya dengan wajah sedikit kecewe dr.Yusuf karena Dewi belum mencoba EKG, Dewi kembali ke pekerjaan semulanya yaitu membantu dr.Yusuf di prakteknya. Di sana, Dewi sedikit-sedikit menguping pembicaran dr.Yusuf dengan pasiennya, sok-sok tahu tentang gejala pasiennya, menulis catatan kecil untuk beberapa penyakit yang dia tidak tahu, walaupun kadang-kadang Dewi ini sedikit menganggu dr.Yusuf. Di kesempatan kedua ini Dewi banyak bertanya sama dr. Yusuf, dr.Yusuf yang sedang menghadapi pasien menjawab dengan bahasa Inggris, ada waktunya Dewi diperbolehkan mendengarkan suara jantung murmur oleh dr.Yusuf dari pasiennya yang mengalami kelainan jantung, sebuah pengalaman yang luar biasa, pikirnya.

Dewi banyak belajar dari dr.Yusuf, bagaimana beliau sebegitu sabarnya mendengarkan keluhan pasien yang terkadang melebar menjadi sebuah curcol atau bahkan betapa sabarnya dr.Yusuf ketika dibilang gaptek oleh salah seorang pasiennya. Dan melihat betapa sopannya dr. Yusuf menghadapi pasiennya yang tidak sabaran yang perilakunya, bisa dibilang tidak enak dipandang.

Dewi juga, belajar banyak hal untuk menghargai hidup, ketika dia bertemu dengan salah satu pasien yang sudah mengidap penyakit jantung sejak SD, lebih tepatnya 40 tahun menderita penyakit tersebut karena kebocoran klap. Sebuah anugrah yang sangat dilahirkan dengan keadaan yang normal tanpa kurang sedikitpun.

Menuju Isya, Dewi tidak sengaja bertemu dengan Seniornya, Mas Yudha yang tiba2 muncul diantara antrian pasien untuk memberikan surat undangan oada dr.Yusuf, sebenarnya Dewi ingin mengobrol banyak sama senior yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri ini, namun waktu dan kondisi yang tidak memungkinkan membuatnya mengurungkan diri.

Jam berlalu begitu cepat, banyak sekali ilmu yang Dewi dapat. Pukul setengah 9 lebih, datanglah seniornya dari tahun 2006 yang baru saja lulus ujian UKDI. Akhirnya, Dewi harus pulang dan berpamitan sama dr.Yusuf, dr.Yusuf bilang smabil menunggu jemputan ada baiknya Dewi mencoba memasang EKG biar bisa. Well, akhirnya dengan bantuan mbak Septi dan mbak Ferri Dewi bisa memasang EKG dengan benar, ya walaupun ga benar-benar amat. Nah, sekarang Dewi bisa lebih mengerti di mana itu letak katup mitral, tricuspid, dan semilunar.

Hari itu setelah pulang dari apotek Aurora dan di jemput oleh mbak De, di kamarnya Dewi tersenyum senang bisa mendapatkan pengalaman yang limited edition bersama dr. Yusuf. Dewi jadi lebih memantapkan diri agar nantinya dia bisa jadi dr spesialis jantung. Ah, dasar Dewi dokter kecil yang sok tahu..



Tulisannya ini adalah sebagian kecil dari pengalaman sy, tak lupa terimakasih banyak untuk Mas Ijal yang telah memberikan kesempatan utk brtmu dgn dr.Yusuf, Mbak Ai yang rela ditinggalkan sendiri menjaga P2 dan menjeput sy, dan terimakasih sangat untuk dr. Yusuf yang sangat menginspirasi.


Sebuah malam dengan bulan yang Indah,

HDM

Comments

  1. Semoga sehat selalu ya nduk...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin dokter, terimakasih sudah mau mampir ke blog saya :')

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

.

 Assalamu'alaikum, Alhamdulillah masih ada waktu walau sedikit untuk menuliskan semua gundah gulana di hati (cielah). Ternyata setelah 1 tahun setelah berada di tempat yang asing, hari-hari terasa lebih cepat berlalu dibandingkan 1 tahun pertama. Aku yang sudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar (sapi yang berkeliaran, sampah yang harus dibakar, atau cuaca yg berubah-ubah seperti hatiku yang berubah-ubah). Aku jadi lebih enjoy dan lebih pasrah menangani pasien yang attitudenya membuat sakit hati (gak semuanya ya), menghadapi ketokan-ketokan maut yang bikin kaget, sabar menghadapi perawat atau bidan yang sering miss komunikasi denganku, atau menghadapi orang-orang yang unik. Semuanya menjadi lebih baik lagi setelah aku memutuskan untuk praktek di apotik teman, yang kemudian mengantarkanku mengenal banyak orang yang ternyata asik. Kegiatan-kegiatan IDI juga membuatku lebih bersemangat belajar. Ternyata berkenalan, sharing, dan saling konsul dengan teman sejawat itu bisa menjadi mo

Mencoba hidup sehat versi Heidi 2

Setelah 1 tahun menjadi vegan dengan cheating day ku sehari setiap minggu. Aku akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi manusia omnivora, alasannya karena ditempat ku tinggal sekarang, jenis sayuran sangat terbatas dan sulit untukku memenuhi kebutuhan gizi ku. Anyways aku akan tulis tentang beberapa penelitian mengenai vegetarian di next tulisan blog ku. Oiya, vegetarian dan vegan itu beda ya. Vegetarian adalah hanya makanan sayur (plant-based) dan tidak makan hewani, contoh daging ayam, sapi, ikan tapi masih mengonsumsi makanan-makanan yang asalnya dari hewani, contoh telur, susu, keju, madu. Nah kalau vegan tidak mengonmsi makanan jenis apapun yang berasal dari hewani. Kesimpulanya vegan hanya makan sayur dan buah-buahnya saja.  Kalau aku sendiri pengalaman jadi vegan itu benar-benar mendetok tubuhku. Nafsu makan sama makan-makanan receh pun berkurang dratis setelah memutuskan jadi vegan. Tapi, berat badan bukan lagi jadi tujuan utama. Karena kalau fokus sama BB kita hanya fokus sam

Mencoba hidup sehat versi Heidi

 Assalamu'alaikum,  Akhir-akhir ini masyarakat sudah banyak yang sadar dan "mencoba" pola hidup sehat, terutama di daerah perkotaan. Alih-alih ingin sehat, turunnya timbang badan juga merupakan tujuan utama orang-orang mengubah pola hidupnya. Sejak tahun 2018 begitu pindah dari kota belajarku tercintah (Purwokerto) ke Jakarta. Aku mengalami perubahan dratis pola makan, menjadi sangat tidak sehat. Minuman boba, es kopi ala2 kenangan masa lalu yang suram, atau fast food yang tinggal kepeleset dapet membuatku kalap. Dari yang setiap minggu lari sore menjadi setiap minggu minum boba dan makan gorengan, Berat badanku yang masih di angka 50an melonjak dratis ke angka 60an. Sampai-sampai masalah jerawat yang sudah solved tiba-tiba muncul lagi dan muncul berbagai macam alergi kulit lainnya. Antibiotik yang awalnya fine2 aja tiba2 bikin alergi. Sampai pada akhirnya tubuhku memborantak, luka kecil di kaki berubah jadi eksim parah yang menyerang seluruh tubuh, sampai banyak yang men