Skip to main content

Apa itu cinta, membangun keluarga, sebuah efek kecil dari LC

Sejak pertama kali masuk LC (Life Cycle) kami disajikan dengan materi-materi yang meliputi proses penciptaan manusia, lalu saat melahirkan, tentang bayi, dan juga perkembangannya.

Lucunya, ternyata materi-materiini membuat banyak mahasiswa semester 2 jadi ingin cepat-cepat punya anak. Begitu pun juga saya. Tapi sebelumnya saya jadi teringat tentang "cinta" di mana awal darit terwujudnya sebuah keluarga.

Cinta.. sebenernya apa sih itu? pacarankah? mesra2an kah? saya tidak pernah benar-benar ngerti sama hal yg satu ini.

Hmm.. akhir2 ini rupanya temen-temen saya di pwt mulai tercebur dalam cerita cintanya masing-masing, bahkan kadang-kadang saya terlibat atau malah saya di gangguin (cc: Billy yang mencie cie sy terus sama tamu dari UPL) sebenernya saya itu cuman ngefans aja sama mas itu. Ya, tapi saya juga tidak mengelak pernah suka sama orang, yah harus di akui sy emang pernah suka sama seseorang. siapa sih yang tidak pernah kena VMJ?? alias Virus Merah Jambu. Tapi, sekarang lagi enggak.. setelah patah hati *mengenaskan sekali*

Sebenarnya masalahnya itu sejak kata-kata seorang pemateri dalam sebuah seminar, saya mulai takut tidak punya jodoh, karena dia bilang kalau ada orang yang di uji dengan tidak punya jodoh. Oh, sungguh was was nya hati ini, semacam perasaan takut tidak kebagian jatah jodoh (Naudzubillah). 

Begini, walaupun saya belum sepenuhnya jadi wanita tapi saya ingin suatu saat nanti menikah *entah gimana jalannya mau dari pacaran dulu atau langsung di lamar (hahaha)*, sy iingin punya anak2 lucu, ingin jalan-jalan, kamping bareng, nonton bareng, atau ngebolang bareng sama suami dan anak-anak sy kelak. Sy juga mulai berfikir ingin punya 3 anak, sy ingin anak paling besar laki-laki, yang kedua baru perempuan, yang ketiga laki-laki dan perempuan tak masalah. Saya juga pingin jadi ibu+dokter yang adil. Yang pasti saya mau punya keluarga yang diberkahi..

Keinginan ini rupanya membuat sy jadi takut sendiri, kalau sy nikahnya telat. Karena sy ingin nikah sekitar umur 23-25, kalau bisa pas segitu tidak lebih. Nah, itu dia faktor-faktor yang membuat saya teringat akan cinta.

Kalau kata mas Cahya, yg dikutip dari Tere Liye sebuah hubungan itu tidak hanya bermodalkan sebuah cinta karena ketika kamu mulai bosan nanti kamu akan mulai berpaling dengan yang lain, maka dari kamu perlu komitmen sama kepercayaan yang tapi itu tidak menjadikan alasan untuk berpacaran. Yang penting ada cinta, komitmen, dan kepercayaan. (Riadi, 2013)

Dan kebetulan beberapa teman sy ini menemukan pasangannya di blok LC. Ah, sy jadi mulai kepikiran tentang semuanya, apalagi mengenai membangun sebuah keluarga. Tapi saya percaya nanti semuanya akan datang pada waktunya.

Di akhir tulisan ini, saya hanya berharap semoga kelak mahasiswa semester 2 FK UNSOED ini dipermudah semua jodohnya. Aamiin.. :)

Di sebuah sore yang indah, 

hdm

Comments

Popular posts from this blog

Mencoba hidup sehat versi Heidi 2

Setelah 1 tahun menjadi vegan dengan cheating day ku sehari setiap minggu. Aku akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi manusia omnivora, alasannya karena ditempat ku tinggal sekarang, jenis sayuran sangat terbatas dan sulit untukku memenuhi kebutuhan gizi ku. Anyways aku akan tulis tentang beberapa penelitian mengenai vegetarian di next tulisan blog ku. Oiya, vegetarian dan vegan itu beda ya. Vegetarian adalah hanya makanan sayur (plant-based) dan tidak makan hewani, contoh daging ayam, sapi, ikan tapi masih mengonsumsi makanan-makanan yang asalnya dari hewani, contoh telur, susu, keju, madu. Nah kalau vegan tidak mengonmsi makanan jenis apapun yang berasal dari hewani. Kesimpulanya vegan hanya makan sayur dan buah-buahnya saja.  Kalau aku sendiri pengalaman jadi vegan itu benar-benar mendetok tubuhku. Nafsu makan sama makan-makanan receh pun berkurang dratis setelah memutuskan jadi vegan. Tapi, berat badan bukan lagi jadi tujuan utama. Karena kalau fokus sama BB kita hanya fokus...

Say no to "Uda biasa ko" pada hal-hal yang buruk !

  Tulisan saya didedikasikan untuk pengalaman pribadi saya yang muak dengan orang-orang yang percaya dengan “kebiasaan” hal buruk, yang muak dengan orang-orang malas yang tidak mau keluar dari zona nyamannya, yang kesal dengan diri saya sendiri yang ternyata masih stuck disitu-situ saja. Kebiasaan buruk, seperti buang sampah sembarang, simpan barang sembarangan, atau bahkan tidak mengembalikan sesuatu ke tempat asal adalah hal sepele yang sangat berdampak besar. Kebiasaan seperti ini seharusnya tidak tumbuh di kalangan petugas kesehatan. Mulai dari dokter sampai dengan pahlawan kesehatan yang menurut saya sangaat penting, yaitu cleaning service. Bukankah dalam mewujudkan kesehatan bersama perlu didahului dengan kesehatan individu? Maksud saya disini adalah kepedulian individu terhadap kesehatan itu sendiri.   Saya adalah orang yang percaya bahwa kesehatan diawali dari hal-hal yang bersih. Dalam prinsip aseptic anti septic yang kami lakukan saat melakukan tindakan steril,...

?

Jadi, senin sore, 15 Juni 2015 aku masih ngeliatin foto itu. Masih, di sela-sela waktu kami mengobrol hal yg prognosisnya dubia et bonam (semoga aja bonam). "Semangat hei" kata Fita sama Fifi. "I'm Okay" jawabku, dan memang lagi baik-baik aja, setidaknya saat itu, saat aku memang harus baik-baik aja. Tapi aku gaktau beberapa bulan lagi, atau beberapa tahun lagi waktu aku lihat foto itu, aku bakal tetep baik-baik aja atau enggal. Satu hal yang aku tau banget dari diriku adalah aku bisa mengotrol diriku (baca=perasaan, mood) sekarang, tapi aku ga bisa memastikan aku bisa mengontrol masa depan. Pengertian rumitnya adalah aku bisa mengontrol diriku saat ini pada sesuatu hal yg terjadi padaku dengan keadaan yang memang bisa mendukungku, tapi di saat aku menghadapi hal itu lagi atau cuman sekedar mengingat hal itu di masa depan aku bisa galau tingkat dewa. Jadi, aku bisa mengotrol sekarang, tapi aku ga bisa memastikan aku bisa mengontrol masa depan. Jadi (lagi), mu...