Skip to main content

Karawitan, dan budaya Indonesia

Saya tidak tau jelasnya kapan, tapi pada saat itu yang pasti adalah hari sabtu. Teman saya mengajak saya mengikuti salah satu ekstrakulikuler yang di "sekolah kami" tidak terlalu "eksis". Saat itu saya tertarik dengan tawaran teman saya, karena denger2 nih, bisa ikut ke Jepang. Eh, ternyata yang ikut ke Jepang hanya yang dipilih. Tapi, entah mengapa saya ingin ikut ekstrakulikuler itu - karawitan- .


Beberapa minggu berlalu, teman saya mengirimkan sms jarkom untuk latihan karawitan. Karena pada saat itu saya ditugaskan untuk memegang goong dan saya itu pnya phobia tiba-tiba, jadi saya memutuskan untuk tidak datang. 


Hari berlalu, minggu berlalu, dan bulan pun berlalu tanpa terasa. 1 minggu sebelum Festival Budaya, teman saya Sally mengajak saya latihan. Pada saat itu saya semakin ragu dengan keputusan mengikuti eskul karawitan, ketika saya bertanya "Emang siapa aja yang ikt karawitan kelas 11nya?'\", dan beliau pun menjawab "ya ini, kita ber 7 - dengan 5 personil baru". 


Ketika saya mendengar itu saya sangat kaget, ini budaya kita KARAWITAN salah satu alat musik yang diciptakan sama LELUHUR kita terdahulu. Dan diantara 320 siswa kelas 11 hanya ada 7orang yang ikut? dan 5 orang pun baru? sadis, lihat saya lihat dengan mata saya sendiri berapa banyak anak yang berbondong-bondong ingin bisa bermain gitar, piano, drum, bahkan biola. Tapi ini? apa? karawitan bro, BUDAYA kita sendiri. Gada yang mau ikutan, emg kenapa kuper? kata siapa, bangga kali. Orang-orang bule itu, rela desak-desakan cuman buat ngeliat kita maini salah satu alat musik tradisional di Negara kita.


Memang sih, era globalisasi dan banyaknya alat-alat musik modern kita juga harus bisa memainkannya, tapi bukan berarti kita mengacuhkan budaya kita sendiri kan? apakah nnti setelah saya kelas 12, karawitan kelas 11 yang akan datang masih peduli? begitukah?


Dan herannya saya sekarang banyak orang yang memakai baju batik dengan bangganya tapi niatnya apa coba? cuman buat ngikutin tren, karena baju batik sekarang itu keren-keren? emang ga salah tapi, kepikiran ga kalau batik kita ini sudah di klaim sama negara lain??!! Marah, kesel, dendam? iya kan, salah siapa coba? ya kita lagi, kita lagi. Kapan sih pemerintah bertindak sebelum terjadi? pemeritah? kita? KITA, kita yang bertanggung jawab atas semua ini.


Indonesia ini luas bro, dihempit 2 samudra, lautannya luas, beribu-ribu pulau, dan kekayaan alam. Coba banyangin, seandainya kita punya kesadaran tinggi kayak orang-orang Jepang. Tak berdayalah wahai AS, Rusia, Inggris, bahkan Jepang juga. Kenapa coba? kita ini bisa melampaui negara ADI KUASA. Ga mau muna, kadang-kadang saya juga ga disiplin, dan pernah niat ganti status kewarganegaraan kalau sudah 17 tahun ke atas. Tapi jujur, pernah ga? kayak saya, merenungkan nasib-nasib budaya, anak-anak bangsa, kehidupan, hutan. lautan kita? saya cuman seorang pelajar, tapi saya menangisi negeri ini. Walaupun saya "aslinya" ga betah di Indonesia, tapi saya cinta tanah air saya. Gombal? emang gombal, saya juga gatau.


Dari belasan kalimat yang saya buat ini, pada akhirnya harapan dan mimpi-mimpi saya yang silahkan anda tertawakan, membawa saya ke sebuah misi yang amat besar. Dimana generasi saya yang kini "remaja" adalah generasi yang mengubah Indonesia setidaknya tidak seburuk hari ini, dan hari sebelum hari ini. Karena kata-kata hari ini harus lebih baik dari hari kemarin bukan cuman berlaku untuk kita "manusia" tapi juga untuk kita "warga negara Indonesia".

Comments

Popular posts from this blog

Mencoba hidup sehat versi Heidi 2

Setelah 1 tahun menjadi vegan dengan cheating day ku sehari setiap minggu. Aku akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi manusia omnivora, alasannya karena ditempat ku tinggal sekarang, jenis sayuran sangat terbatas dan sulit untukku memenuhi kebutuhan gizi ku. Anyways aku akan tulis tentang beberapa penelitian mengenai vegetarian di next tulisan blog ku. Oiya, vegetarian dan vegan itu beda ya. Vegetarian adalah hanya makanan sayur (plant-based) dan tidak makan hewani, contoh daging ayam, sapi, ikan tapi masih mengonsumsi makanan-makanan yang asalnya dari hewani, contoh telur, susu, keju, madu. Nah kalau vegan tidak mengonmsi makanan jenis apapun yang berasal dari hewani. Kesimpulanya vegan hanya makan sayur dan buah-buahnya saja.  Kalau aku sendiri pengalaman jadi vegan itu benar-benar mendetok tubuhku. Nafsu makan sama makan-makanan receh pun berkurang dratis setelah memutuskan jadi vegan. Tapi, berat badan bukan lagi jadi tujuan utama. Karena kalau fokus sama BB kita hanya fokus...

Say no to "Uda biasa ko" pada hal-hal yang buruk !

  Tulisan saya didedikasikan untuk pengalaman pribadi saya yang muak dengan orang-orang yang percaya dengan “kebiasaan” hal buruk, yang muak dengan orang-orang malas yang tidak mau keluar dari zona nyamannya, yang kesal dengan diri saya sendiri yang ternyata masih stuck disitu-situ saja. Kebiasaan buruk, seperti buang sampah sembarang, simpan barang sembarangan, atau bahkan tidak mengembalikan sesuatu ke tempat asal adalah hal sepele yang sangat berdampak besar. Kebiasaan seperti ini seharusnya tidak tumbuh di kalangan petugas kesehatan. Mulai dari dokter sampai dengan pahlawan kesehatan yang menurut saya sangaat penting, yaitu cleaning service. Bukankah dalam mewujudkan kesehatan bersama perlu didahului dengan kesehatan individu? Maksud saya disini adalah kepedulian individu terhadap kesehatan itu sendiri.   Saya adalah orang yang percaya bahwa kesehatan diawali dari hal-hal yang bersih. Dalam prinsip aseptic anti septic yang kami lakukan saat melakukan tindakan steril,...

?

Jadi, senin sore, 15 Juni 2015 aku masih ngeliatin foto itu. Masih, di sela-sela waktu kami mengobrol hal yg prognosisnya dubia et bonam (semoga aja bonam). "Semangat hei" kata Fita sama Fifi. "I'm Okay" jawabku, dan memang lagi baik-baik aja, setidaknya saat itu, saat aku memang harus baik-baik aja. Tapi aku gaktau beberapa bulan lagi, atau beberapa tahun lagi waktu aku lihat foto itu, aku bakal tetep baik-baik aja atau enggal. Satu hal yang aku tau banget dari diriku adalah aku bisa mengotrol diriku (baca=perasaan, mood) sekarang, tapi aku ga bisa memastikan aku bisa mengontrol masa depan. Pengertian rumitnya adalah aku bisa mengontrol diriku saat ini pada sesuatu hal yg terjadi padaku dengan keadaan yang memang bisa mendukungku, tapi di saat aku menghadapi hal itu lagi atau cuman sekedar mengingat hal itu di masa depan aku bisa galau tingkat dewa. Jadi, aku bisa mengotrol sekarang, tapi aku ga bisa memastikan aku bisa mengontrol masa depan. Jadi (lagi), mu...