Skip to main content

Tentang Akad

Adik saya tampil cantik hari itu, lebih cantik dari hari-hari biasanya, terpoles riasan yang menonjolkan kecantikan alaminya Adiknya saya pagi adalah perempuan paling menawan cukup membuat semua laki-laki yang berada disana terkagum olehnya. Namun, nampaknya dia menyimpan kesedihan, bukan karena ragu dengan laki-laki yang akan dinikahnya tapi karena sosok mama yang pagi ini tidak bisa mendampinginya. Saya sebagai kakak yang secara tiba-tiba harus menggantikan peran mama dalam acara hari itu belum melakukan tugasnya dengan baik.

Tragedi tiba-tiba dini hari itu, membuat mama harus dibawa ke IGD RS, bahkan hampir saja harus menjalani rawat inap. Demam yang terus naik mencapai 40 derajat membuat kami khawatir, takut, dan tidak ada seorang pun pagi itu meninggalkan IGD atau bahkan tertidur nyenyak. Perasaan campur aduk, antara sedih, takut, khawatir, dan kasian melihat adik saya yang terpaksa tidur dikursi tanpa bantal. 

Sampai pukul 04.00 pun ketika adik saya harus meninggalkan rumah sakit untuk persiapan rias, mama belum juga membaik. Pukul 05.00 pagi adik saya menelepon, mengharapkan kehadiran saya untuk menggantikan mama menjadi pendamping, Ah saya capek, saya pusing, tapi kemudian saya tahu rasa sedih yang akan terus dia ingat apabila saya tidak mau menggantikan mama saya saat itu.

Rupanya rasa capek dan ngantuk membuat mood saya buruk, saya menjadi cuek dan tidak paham dengan adik saya, kalau diingat-ingat lagi saya begitu jahat hanya mondar-mandir mengurus hal remeh temeh, tapi tidak menemani adik saya yang jelas-jelas sedang sedih kala itu. Kalau boleh saya ulang waktu, saya ingin menjadi kakak yang lebih baik hari itu, saya ingin menujukkan bahwa saya peduli, saya sayang, saya kehilangan sosok adik kecil yang biasanya menempel pada saya atau bahkan membuat saya risih.


Namun pagi itu tetap syahdu walau tanpa kehadiran mama. Sudah saya tekadkan akan menyampaikan doa yang paling khidmat setelah akad dibacakan. Duduk dijajaran paling depan, saya mendengarkan ceramah dari Prof Dr. KH Miftah Faridl, inilah inti dari tulisan blog saya kali ini. Saya benar-benar tertampar, tersadarkan, dan termotivasi atas ceramah beliau. Ketika beliau menyampaikan betapa mulianya sebuah pernikahan, bahwa pernikahan seharusnya membawa keberkahan dan ketenangan, bahwa pernikahan seharusnya menjadikan kedua menjadi pribadi yang baik, dan kalimat yang benar-benar saya ingat adalah pernikahan tidak akan berkah apabila ada kebohongan dan patung-patung dirumahnya. Bahwa suami istri sudah selayaknya saling berbagi cerita, saling memotivasi, saling menghargai, saling terbuka, dan saling mencintai. Bukankah rumah adalah tempat kembali? Bukankah pasangan kita kelak adalah tempat kita kembali?  

Maka, ketika banyak yang memberikan semangat, banyak yang mengira saya sedih karena didahului oleh adik saya. Perlu saya tegaskan, bahwa tidak ada kesedihan pun kecuali perasaan kehilangan karena pernikahan adik saya. Buat saya, pernikahan bukanlah sebuah perlombaan, pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dipamerkan. Makna pernikahan bagi saya lebih dari sekedar itu. Walau sampai saat ini saya masih bertanya-tanya, perasaan, momen dan hal apa yang akan membuat seseorang yakin menikah pasangannya? apakah itu cinta? apakah itu cocok? atau apa?

Yang saya tahu, tujuan dari pernikahan adalah mencari keberkahan, yang tentunya keberkahan akan membuat hati bahagia. Jadi, atas dasar apa ketika seseorang berkata menikah bukan mencari kebahagiaan? Bukankah ketika menikah kita mencari pasangan yang kita yakini bisa hidup bersama sampai mati? mencari teman berdiskusi, menjadikan dia sebagai motivasi, atau tempat kembali disaat hati mulai lelah. Bukankah dengan pasangan kita kelak akan lahir anak-anak yang dibesarkan oleh cinta, disiplin, dan nilai-nilai agama? 

Saya bingung, apakah cinta menjadi suatu syarat? bukankah taaruf pun didasari rasa tertarik terlebih dahulu? mengapa orang-orang terus mengatakan cinta bukan syarat atau bahkan cocok bukanlah syarat. Atau mungkin Allah memberikan keyakinan tanpa sebuah alasan? Saya jelas melihat cinta pada adik saya terhadap pasangannya beberapa pekan setelah taaruf dilakukan, saya melihat benih-benih cemburu, kasih sayang yang mulai timbul sebelum proses lamaran dilakukan. Ah, semoga Allah membukakan hati saya, kalau saya masih cukup keras dengan prinsip saya tentang memulai sebuah rumah tangga.


Katanya, mencari pasangan dilihat dari 4 hal, dan saya menyakini itu. Seorang alim ulama mengatakan bahwa hal pertama bukanlah paras yang cantik atau ganteng, namun paras yang membuat tenang hati. Wajah yang ketika dilihat membuat hati merasa tenang, menghilangkan sejenak kegundahan hati, seperti ketika Rasul memandang Khadijah di hari ia mendapatkan wahyu. Apakah terlalu muluk ketika saya juga ingin menjadi tempat kembali pasangan saya kelak? atau menjadikan dia tempat saya mencari ketenangan. 

Banyak cerita-cerita pernikahan yang tidak menyenangkan yang sudah saya dengarkan bahkan ketika umur saya masih 15 tahun, tapi tidak sedikit juga cerita-cerita pernikahan yang membawa keberkahan terhadap keduanya. Saya harap pernikahan saya kelak adalah pernikahan yang membawa keberkahan. Itulah yang membuat saya ada dalam titik ini, dimana saya merasakan kesedihan dan kehilangan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya, juga menghadirkan penyesalan-penyesalan akan dosa yang pernah diperbuat. Saya ingin menjadi lebih baik, menjadi wanita yang pantas dijadikan tempat kembali suaminya atau bahkan anak-anaknya.

-----


Setelah akad pagi itu, melihat kesungguhan adik ipar saya dan melihat wajah bahagia adik saya, saya yakin mereka berdua bisa menciptakan keberkahan dalam rumah tangganya.


Semoga sakinah, mawwadah, warahmah


HDM

4/7/21

Comments

Popular posts from this blog

.

 Assalamu'alaikum, Alhamdulillah masih ada waktu walau sedikit untuk menuliskan semua gundah gulana di hati (cielah). Ternyata setelah 1 tahun setelah berada di tempat yang asing, hari-hari terasa lebih cepat berlalu dibandingkan 1 tahun pertama. Aku yang sudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar (sapi yang berkeliaran, sampah yang harus dibakar, atau cuaca yg berubah-ubah seperti hatiku yang berubah-ubah). Aku jadi lebih enjoy dan lebih pasrah menangani pasien yang attitudenya membuat sakit hati (gak semuanya ya), menghadapi ketokan-ketokan maut yang bikin kaget, sabar menghadapi perawat atau bidan yang sering miss komunikasi denganku, atau menghadapi orang-orang yang unik. Semuanya menjadi lebih baik lagi setelah aku memutuskan untuk praktek di apotik teman, yang kemudian mengantarkanku mengenal banyak orang yang ternyata asik. Kegiatan-kegiatan IDI juga membuatku lebih bersemangat belajar. Ternyata berkenalan, sharing, dan saling konsul dengan teman sejawat itu bisa menjadi mo

Mencoba hidup sehat versi Heidi 2

Setelah 1 tahun menjadi vegan dengan cheating day ku sehari setiap minggu. Aku akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi manusia omnivora, alasannya karena ditempat ku tinggal sekarang, jenis sayuran sangat terbatas dan sulit untukku memenuhi kebutuhan gizi ku. Anyways aku akan tulis tentang beberapa penelitian mengenai vegetarian di next tulisan blog ku. Oiya, vegetarian dan vegan itu beda ya. Vegetarian adalah hanya makanan sayur (plant-based) dan tidak makan hewani, contoh daging ayam, sapi, ikan tapi masih mengonsumsi makanan-makanan yang asalnya dari hewani, contoh telur, susu, keju, madu. Nah kalau vegan tidak mengonmsi makanan jenis apapun yang berasal dari hewani. Kesimpulanya vegan hanya makan sayur dan buah-buahnya saja.  Kalau aku sendiri pengalaman jadi vegan itu benar-benar mendetok tubuhku. Nafsu makan sama makan-makanan receh pun berkurang dratis setelah memutuskan jadi vegan. Tapi, berat badan bukan lagi jadi tujuan utama. Karena kalau fokus sama BB kita hanya fokus sam

Mencoba hidup sehat versi Heidi

 Assalamu'alaikum,  Akhir-akhir ini masyarakat sudah banyak yang sadar dan "mencoba" pola hidup sehat, terutama di daerah perkotaan. Alih-alih ingin sehat, turunnya timbang badan juga merupakan tujuan utama orang-orang mengubah pola hidupnya. Sejak tahun 2018 begitu pindah dari kota belajarku tercintah (Purwokerto) ke Jakarta. Aku mengalami perubahan dratis pola makan, menjadi sangat tidak sehat. Minuman boba, es kopi ala2 kenangan masa lalu yang suram, atau fast food yang tinggal kepeleset dapet membuatku kalap. Dari yang setiap minggu lari sore menjadi setiap minggu minum boba dan makan gorengan, Berat badanku yang masih di angka 50an melonjak dratis ke angka 60an. Sampai-sampai masalah jerawat yang sudah solved tiba-tiba muncul lagi dan muncul berbagai macam alergi kulit lainnya. Antibiotik yang awalnya fine2 aja tiba2 bikin alergi. Sampai pada akhirnya tubuhku memborantak, luka kecil di kaki berubah jadi eksim parah yang menyerang seluruh tubuh, sampai banyak yang men