Skip to main content

3,5 tahun di Pwt, Kebiasaan di tempat makan dan tragedi dada ayam

Assalamu'alaykum, tak terasa sudah 3 tahun hidup di kota masa tua, klo kata org pwt sih pwt itu karena tenang ga macet, cocok buat menghabiskan masa tua, alias setelah pensiun dan tidak punya pekerjaan, menghabiskan hidup di pwt. Tambahan klo kata pakdeku yg tinggal di sini, itu alasan kenapa di pwt banyak banget makam. Sumpah, selama aku di pwt, lewat ke mana-mana ada akan tempat pemakaman, awalnya ngeri sih tapi ke sini-sini jam 10 malam lewat juga uda biasa, abis mau gimana lagi? Dari kos ke kampus utama di jalan Bunyamin aja uda ngelewatin 2 pemakaman.

Back to the topic, sekitar 2 minggu yang lalu aku baru aja makan sama Fita, makan yg tidak disengaja karena kita niatnya mau ke kondangan di Bumiayu, tapi baru 15 menit jalan udah ujan deres (naik motor loh) jadi kita putar balik ke sebuah rumah makan deket kosku dan ini lumayan terkenal. Sebenernya cerita ini juga uda di post di blognya Fita--> fitafiter.blogspot.com tapi berhubung kejadian ini terus2 terjadi di tmpt makan itu, jadi, aku gatel pingin nulis di blog ku.

1. Dadanya mana mas?
Dada itu bagian ayam yang paling aku suka, klo bukan dada mending makan yg lain aja, hehe. Karena dari kecil kebiasaan makan dada, jadi aku gabiasa makan bagian ayam yg banyak urat2nya gtu, jeroan, kulit aja aku gasuka, ceker apa maning. Nah kalau Fita, sukanya paha atas kalau gak ada di pilih dada. Seperti biasanya ditempat makanan yang menu utama ayam, klo disini yang paling sering kita denger itu, Ayam Penyet Surabaya, Bebek Slamet, sama Cak Khaliq. Aku sama Fita pasti pesen bagian itu,dan saat di rumah makan yg satu itu
H : (semoga mas2nya bukan yang rese itu) dalam hati
Datangnya mas2 yg berbeda dari biasanya
F: mas kita pesen paket ya?
M : maaf mba sekarang udah gak ada paket, paling beli ayam nya terus nasi
F : Yaudah ayam potong goreng sama nasi ya mas.
H : Yauda deh mas aku ayam bakar ada?
M : udah gak ada mba disini
F : Loh, itu dimenunya masih ada?
Mas-masnya hanya dia
H : Hmm, kalau gitu lain kali menu ini (yg ayam bakar) dihapus ya mas dimenu. Aku ayam goreng juga
F : Mas aku ayamnya bagian paha tas
H : Aku dadanya mas, harus dada.

(Duh, ini aku bukan bermaksud sewot gimana karena pengalaman kita waktu dulu, biasanya mas2 yg dateng itu mas2 rese yang Fita apal bgt mukanya, pernah suatu hari saat kita makan bareng Fita yang pesen paha atas seenaknya aja diganti jadi paha bawah/sayap, terus Fita yang tidak pernah terima bilang ke mas, baru deh akhirnya diganti. Jadi kesewotan aku itu biar dia ga sembarang ganti2 tanpa bilang2 dlu)

Beberapa menit kemudian
mas2nya bawain kita 2 ayam 2 nasi terus kembali melayani tamu yg lainnya
H : Fit mana dadanya ini bukan dada tau?
F : Heh, mana ya?
H dan F mengindentifikasi secara cepat memastikan kalau memang yang ada di meja makan itu paha atas dan paha bawah
H : (spontan, teriak sumpah gatau malu, hahaha) mas, dadanya mana?
M : itu dada mba (sambil nunjuk2 ayam) tapi emang nyatu gitu
F : Hah, masa sih, ini ma bukan dada.
M : Tapi kalau mba mau ganti gpp (yaelah mas bilang aja kali bukan dada, pake kekeuhh bilang dada terus kalau mau ganti gapapa, kali kita bodo apa, uda spesialis paha atas sama dada nih mas, pasti hapalah)
H : Iya ganti mas, yang kayak dada (dalam hati)

Setelah itu masnya dateng dan bawa dada ASLI, eits aku bilang makasih loh setelah dia bawain dada yg asli, ya karena aku juga ga enak bikin dia bolak-balik tapi mau gimana lagi? walaupun setelah itu pas kita makan cuman meja kita aja yg dilalatin, mungkin disumpahin sama mas2 itu (sumpah kita makan jd keganggu bgt!)


2. Sendok garpu
Aku paling males cuci tngan, terus tangan kotor, terus cuci tangan lagi, jadi aku lebih memilik untuk pake garpu, kecuali di rumah aku lebih suka pake tangan. Fita juga gitu, jadi setiap kita beli makanan, kalau bukan aku/fita pasti kita minta di garpu sama sendok 2 pasang, buat aku satu buat fita satu. Kalau Ayu dia lebih suka pake tangan dan extra sambal!

3. Mubazir sambel
Aku gasuka sambel, bukan karena intoleransi sambel diperut, tapi karena kalau makan sambel aku makannya jadi keburu2 jd kaya ga dinikmati gitu. Biasanya sambel yang dikasih dr rumah makan ga pernah aku sentuh, kalau ada Ayu pasti diembat Ayu dan kadang-kadang dia masih minta tambahan sambel (ga ngerti pedas menurut dia itu sebenernya kayak gimana).

Kalau Fita, akhir2 ini dia suka nyobain sambelnya walau gak pernah abis dan sekarang dia mulai coba2 menu sambel yang berbeda walau pada akhirnya gak diabisin juga sih, tapi seenggaknya kalau sambelnya dimakan gak mubazir kaya aku. Nah, kalau mas Ijal itu sama kayak aku malah uda intoleransi sama sambel, mungkin kalau mas Ijal tinggal di Padang bisa kurus kerempeng akibat gamau makan sama sekali.

4. Es teh manis? Es jeruk? Air putih!
Air putih! aku lebih sering pilih minum air putih biasa ga pake es, selain kadang2 air putih gausah bayar atau cuman 500 aja, aku pikir air putih lebih sehat dibanding es teh manis atau es teh tawar. Aku suka bgt air putih, galon di kosan buat aku sendiri 2 minggu kurang aja uda abis. hahaha

Kalau Ayu sama Fita itu pasti pesen es teh manis, hmm kayaknya kalau ada yg anget Ayu lebih suka yg anget deh. Kalu Fita, dia selain minumin es teh manisnya, dia makanin es batunya (aku belajar makan es batu sama Fita, sumpah dulu gasuka gara2 ngeliat Fita yg kayaknya nikmat banget skrg jd suka nyemilin es batu nya es teh manis). Oiya akhir2 ini, waktu aku minum antibiotik, aku jadi sering mual2 gitu kan, aku jadi suka pesen es teh, dan ternyata Fita ngeh, "Hei, tumben akhir2 ini kamu pesen es teh manis, biasanya air putih"

Eh aku keliatan ngenes gasih? keliatan kalau temen makannya kalau bukan temen kos ya Fita Ayu, kalau Fita, kalau bukan Mas Er ya aku Ayu


Oiya selama disini kalau bukan di tmpt makan aku jarang banget pesen ayam, kalau diramesan aku lebih suka pesen tongkol, di warung2 kecil jualan ayam goreng aku lebih suka pesen pepes tahu~

Note :
- Bukan bermaksud menjelek2an suatu tempt makan tapi pliiss, buat yg punya tempat makan, tolong perhatikan pelangganmu yang lapar, jgn sia2kan kami ya pak, bu, kalau suka kami pasti balik lagi koooks~
- Di pwt makanannya murah-murah, trus klo mau nongki2 cantik brg temen 30k juga uda bisa makan+minum, pas balik bandung liat makanannya aja 30k, sedih rasanya~
- Tapi buat rasa makanan di bdg masih lebih enak, hehehehe
- makanan khas sini : mendoan, tapi berminyak, lepek2 gimana gitu aku sih lebih suka mendoa abal2 alias tempe tepung.

Ini baru namanya dada ayam, gak nyatu sama paha bawah kan?


Comments

Popular posts from this blog

.

 Assalamu'alaikum, Alhamdulillah masih ada waktu walau sedikit untuk menuliskan semua gundah gulana di hati (cielah). Ternyata setelah 1 tahun setelah berada di tempat yang asing, hari-hari terasa lebih cepat berlalu dibandingkan 1 tahun pertama. Aku yang sudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar (sapi yang berkeliaran, sampah yang harus dibakar, atau cuaca yg berubah-ubah seperti hatiku yang berubah-ubah). Aku jadi lebih enjoy dan lebih pasrah menangani pasien yang attitudenya membuat sakit hati (gak semuanya ya), menghadapi ketokan-ketokan maut yang bikin kaget, sabar menghadapi perawat atau bidan yang sering miss komunikasi denganku, atau menghadapi orang-orang yang unik. Semuanya menjadi lebih baik lagi setelah aku memutuskan untuk praktek di apotik teman, yang kemudian mengantarkanku mengenal banyak orang yang ternyata asik. Kegiatan-kegiatan IDI juga membuatku lebih bersemangat belajar. Ternyata berkenalan, sharing, dan saling konsul dengan teman sejawat itu bisa menjadi mo

Mencoba hidup sehat versi Heidi 2

Setelah 1 tahun menjadi vegan dengan cheating day ku sehari setiap minggu. Aku akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi manusia omnivora, alasannya karena ditempat ku tinggal sekarang, jenis sayuran sangat terbatas dan sulit untukku memenuhi kebutuhan gizi ku. Anyways aku akan tulis tentang beberapa penelitian mengenai vegetarian di next tulisan blog ku. Oiya, vegetarian dan vegan itu beda ya. Vegetarian adalah hanya makanan sayur (plant-based) dan tidak makan hewani, contoh daging ayam, sapi, ikan tapi masih mengonsumsi makanan-makanan yang asalnya dari hewani, contoh telur, susu, keju, madu. Nah kalau vegan tidak mengonmsi makanan jenis apapun yang berasal dari hewani. Kesimpulanya vegan hanya makan sayur dan buah-buahnya saja.  Kalau aku sendiri pengalaman jadi vegan itu benar-benar mendetok tubuhku. Nafsu makan sama makan-makanan receh pun berkurang dratis setelah memutuskan jadi vegan. Tapi, berat badan bukan lagi jadi tujuan utama. Karena kalau fokus sama BB kita hanya fokus sam

Mencoba hidup sehat versi Heidi

 Assalamu'alaikum,  Akhir-akhir ini masyarakat sudah banyak yang sadar dan "mencoba" pola hidup sehat, terutama di daerah perkotaan. Alih-alih ingin sehat, turunnya timbang badan juga merupakan tujuan utama orang-orang mengubah pola hidupnya. Sejak tahun 2018 begitu pindah dari kota belajarku tercintah (Purwokerto) ke Jakarta. Aku mengalami perubahan dratis pola makan, menjadi sangat tidak sehat. Minuman boba, es kopi ala2 kenangan masa lalu yang suram, atau fast food yang tinggal kepeleset dapet membuatku kalap. Dari yang setiap minggu lari sore menjadi setiap minggu minum boba dan makan gorengan, Berat badanku yang masih di angka 50an melonjak dratis ke angka 60an. Sampai-sampai masalah jerawat yang sudah solved tiba-tiba muncul lagi dan muncul berbagai macam alergi kulit lainnya. Antibiotik yang awalnya fine2 aja tiba2 bikin alergi. Sampai pada akhirnya tubuhku memborantak, luka kecil di kaki berubah jadi eksim parah yang menyerang seluruh tubuh, sampai banyak yang men