Skip to main content

Bonfire by me

Alhamdulillah, akhirnya semprop juga, akhirnya bisa camping lagi (setelah kekeh gakan kamping sama naik gunung kalau belum semprops). Tepat banget waktunya bareng ank2 yang lagi ngediksar anggota baru kami, yang InsyaAllah anak KG, Aamiin~ yeay yeay yeay 

Gak seperti camping baisanya yang blusuk2 ke hutan, atau mendadak tersesat, hihi. Kali ini kami ngecamp di puncak triangulasih yang ada di PWT, hmm awalnya sedikit ogah karena menurut rumor yang beredar di sana itu kotor, kan males banget ya kamping di tempat kotor ga peduli sebagus apa pemandangannyaa. Tapi ternyata ga sekotoryang dibayangkan kok, lumayan rame juga tapi ga serame prau, dan tempatnya pun luas, walaupun rame kita kedapetan space buat ndiriin 3 tenda + api unggun.

Pukul 21.00 aku, Bibah, dan Fita sampai juga di bukit cintah di sekitar triangulasi, ditemenin ama mas2 baik yang bawain tenda kita.(Oiya FYI, jalan dari curug bayan ke tempat ini itu lumayan ekstrimn naik turun berkelak kelok dan pencahayaannya masih minim bingits!) Sampai di sana kita gak langsung eksekusi kayu-kayu yang kita beli, aku masih cari2 sumber dlu, biar bisa sekali jalan. Setelah sedikit saling bete2an, akhirnya kami memutuskan untuk mengeksekusi kayu bakar tsb, yg pasti gak keliatan ama anak2 yang lain (cuman Aku, Fita, Bibah).

1) Pastikan bagian bawahnya ga basah
Nah biar api nya cepet dibikin kita harus mastiin kalau tanah tempat kita bikin itu gabahas, buat menghindari lembabnya tanah, kita bisa alasain pake kayu2, nah nanti kita bakar serbuk nya di kayu tsb.

2) Menyerut kayu niscaya kamu berotot
Uwo, menyerut kayu kecil2 buat start api itu ternyata susahnya pool. Kita ampe ganti2an gtu, Fita saa Bibah gantian motongin kayu pake pisau kecil biar jadi serbuk-serbuk gitu. Nah aku bagian bikin yang lebih besar pake golok, dan ternyata berats! aku yakin kalau tiap hari kayak gtu bisa berotot nih tangan.
Btw, kita nyerut kayu ini buat jadi startnya api kita jadi harus dimulai dari serbuk yang paling kecil terus kalau uda jadi api dikit bakar serbuk kayu yg lebih besar, terus bakar lagi yang lebih besar, sekitar 3-4 kali tambahin serbuk kayu yang lebih besar.
Oiya buat bikin serbuk ini pastiin kayunya yang kering ya, kalau dihutan bisa pake bambu, atau kayu yang tebel, di kelupas dulu kulitnya karen mereka mengandung banyak air. Usahakan serutannya bener2 dari yang kecil ampe gede
Kenapa kayu tebal?
Soalnya kayu tebal cenderung ga gampang basah, karena dia tebel jadi ga gampang nyerap air. dan ketika dibakar pun gak cepet abis (Oki, 2016).
Bisa pake snak2 yang mudah terbakar loh buat jadi fire starter nyaa

3) Yuk di nyalain apinya
Setelah siap sedia serbuk2 kayu, kita bisa mulai membakar serbuk kayu yang paling kecil, di buat bakar pelan2 (bisa pake korek api atau fire starter), kalau uda mulai kebakar, tambahin kayunya dari kecil ke besar pelan2 sampai uda ada bara apinya. Udah gitu susun kayu diatasnya sambil ditiupin apinya. Tiupnya pelan-pelan jgn napsu kaya niup lilin ulang tahun, kalau ada bambu bisa dipake jd cerobong tiupnya.
Mau mindahin api? bisa kook
Nah klo ndelalah pingin pindah tempat, setelah apinya mulai besar, bisa kita matiin dlu tapi kudu wajib masih ada bara apinya, kalau uda kita pindahin, kita bakar lagi, jadi deh!. Yg pasti prinsipnya yang penting kayu2 uda kering dan uda kebentuk bara api baru bisa kita pindahin, ini akan mempermudah kita membuat api lagi.

4) Masukan bumbu kayu satu persatu
Nah tadi potongan2 kayu yang tadi kita potong dengan berbagai ukuran, bisa kita bakar satu per satu, maksudnya biar apinya awet dan tahan lama, whehe. Bisa sambil niup2 ke api unggun biar apinya makin gede dan mencegah apinya mati.

5) alhamdulillah, akhirnya bisa bikin api unggun juga walaupun dibantu ama Bung Fita, Buk Bibah, dan Bapak Oki. Danke!

Note : tulisan ini dibuat sama pembuat api unggun amateur, biar ilmunya cepet nempel jadi ditulis di blog, semoga kalau ada amateur2 lainnya infonya ini berguna. aamiin


Pelajar,



Hey


Comments

Popular posts from this blog

.

 Assalamu'alaikum, Alhamdulillah masih ada waktu walau sedikit untuk menuliskan semua gundah gulana di hati (cielah). Ternyata setelah 1 tahun setelah berada di tempat yang asing, hari-hari terasa lebih cepat berlalu dibandingkan 1 tahun pertama. Aku yang sudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar (sapi yang berkeliaran, sampah yang harus dibakar, atau cuaca yg berubah-ubah seperti hatiku yang berubah-ubah). Aku jadi lebih enjoy dan lebih pasrah menangani pasien yang attitudenya membuat sakit hati (gak semuanya ya), menghadapi ketokan-ketokan maut yang bikin kaget, sabar menghadapi perawat atau bidan yang sering miss komunikasi denganku, atau menghadapi orang-orang yang unik. Semuanya menjadi lebih baik lagi setelah aku memutuskan untuk praktek di apotik teman, yang kemudian mengantarkanku mengenal banyak orang yang ternyata asik. Kegiatan-kegiatan IDI juga membuatku lebih bersemangat belajar. Ternyata berkenalan, sharing, dan saling konsul dengan teman sejawat itu bisa menjadi mo

Mencoba hidup sehat versi Heidi 2

Setelah 1 tahun menjadi vegan dengan cheating day ku sehari setiap minggu. Aku akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi manusia omnivora, alasannya karena ditempat ku tinggal sekarang, jenis sayuran sangat terbatas dan sulit untukku memenuhi kebutuhan gizi ku. Anyways aku akan tulis tentang beberapa penelitian mengenai vegetarian di next tulisan blog ku. Oiya, vegetarian dan vegan itu beda ya. Vegetarian adalah hanya makanan sayur (plant-based) dan tidak makan hewani, contoh daging ayam, sapi, ikan tapi masih mengonsumsi makanan-makanan yang asalnya dari hewani, contoh telur, susu, keju, madu. Nah kalau vegan tidak mengonmsi makanan jenis apapun yang berasal dari hewani. Kesimpulanya vegan hanya makan sayur dan buah-buahnya saja.  Kalau aku sendiri pengalaman jadi vegan itu benar-benar mendetok tubuhku. Nafsu makan sama makan-makanan receh pun berkurang dratis setelah memutuskan jadi vegan. Tapi, berat badan bukan lagi jadi tujuan utama. Karena kalau fokus sama BB kita hanya fokus sam

Mencoba hidup sehat versi Heidi

 Assalamu'alaikum,  Akhir-akhir ini masyarakat sudah banyak yang sadar dan "mencoba" pola hidup sehat, terutama di daerah perkotaan. Alih-alih ingin sehat, turunnya timbang badan juga merupakan tujuan utama orang-orang mengubah pola hidupnya. Sejak tahun 2018 begitu pindah dari kota belajarku tercintah (Purwokerto) ke Jakarta. Aku mengalami perubahan dratis pola makan, menjadi sangat tidak sehat. Minuman boba, es kopi ala2 kenangan masa lalu yang suram, atau fast food yang tinggal kepeleset dapet membuatku kalap. Dari yang setiap minggu lari sore menjadi setiap minggu minum boba dan makan gorengan, Berat badanku yang masih di angka 50an melonjak dratis ke angka 60an. Sampai-sampai masalah jerawat yang sudah solved tiba-tiba muncul lagi dan muncul berbagai macam alergi kulit lainnya. Antibiotik yang awalnya fine2 aja tiba2 bikin alergi. Sampai pada akhirnya tubuhku memborantak, luka kecil di kaki berubah jadi eksim parah yang menyerang seluruh tubuh, sampai banyak yang men