Selamat Hari Kartini untuk seluruh perempuan di Indonesia!
Semangat menimba ilmu dalam meningkatkan kualitas diri!
Hari ini, teringat akan hari kartini bukan karena feed atau story ig ataupun status WA. Tapi karena, chat dari papa yaitu
"Hari ini hari Kartini, papa inget waktu kakak kecil pulang sekolah dengan muka cemberut, di tanya kenapa kak? Kakak jawab kakak sebel sama ibu kita Kartini,
Kenapa sebel?
Gara gara ibu Kartini kakak harus sekolah"
Ya ampun, kenapa aku begitu menyebalkan saat kecil. Kenapa begitu suka bermain, main ke sawah, main sepeda, atau sekedar lari sana sini sama teman. Kemanakah semua energi itu sekarang?
------
Beda halnya dengan sekarang. Kalau saat ini ditanya tentang ibu Kartini, oh tentu aku akan sangat-sangat-sangat berterima kasih sama beliau. Kalau dulu males banget sekolah, kalau sekarang coba sana sini hanya untuk mendapatkan kesempatan mendapatkan beasiswa PPDS atau S2. Kenapa? aku ingat betul sama pesan-pesan mama waktu aku masih kecil dulu,
"Perempuan itu harus mandiri"
"Perempuan itu harus pintar"
Perempuan itu harus mandiri berarti perempuan itu harus siap hidup independent ketika keadaan mengharuskan demikian. Contoh, suaminya meninggal punya anak-anak yang harus diurus, atau orang tua meninggal tapi gak punya saudara dan belum berumah tangga, dsb. Kita sebagai perempuan tentu perlu mempersiapkan hal-hal buruk kan? Maka perempuan harus bisa mandiri, tapi sewajarnya jangan sampai sombong dan merasa serba bisa. Karena, kita makhluk hidup perasa ya kan? kita juga punya keterbatasan. Perempuan memang butuh keadilan. Tapi, keadilan bukan berarti sama. Suka kesel sama perempuan-perempuan yang over confident dan merasa tidak butuh laki-laki atau merasa tidak diperlakukan dengan adil. Padahal kalau dilihat-lihat mereka sendiri yang tidak adil sama dirinya. Speak up sangat diperlukan tapi action itu juga penting meski sulit. Dan anyway, we have progesterone and estrogen, right? and sometimes they control us. Hehe
Perempuan harus cerdas, kenapa? Karena mama dari dulu bilang kalau otak anak itu nurun ibunya. Hmm, emang iya? Aku belum dapet literatur tentang itu sih. Yang pasti dari janin sampai besar anak cenderung diasuh sama ibu. Walau ada beberapa kasus yang akhirnya diasuh ayahnya atau sama orang lain. But lets think, waktu didalam perut ibunya kalau ibunya kurang pintar kurang cerdas, mungkin ada banyak hal-hal sepele yang pada akhirnya membahayakan si janin. Apalagi setelah melahirkan, kebutuhan anak bergantung banget sama ibunya kan? MengASIhi contohnya perlu pengetahuan yang lumayan loh buat tanggung jawab yang ini. "Bukan sekedar nyusui doang". Aku sendiri sekarang mulai tertarik sama ilmu ini, karena 1000 hari pertama kehidupan itu sangat menentukan masa depan si anak. Kebutuhan ASI termaksud kedalam kehidupan 1000 hari pertama itu.
Begitu anak tumbuh besar akan ada banyak hal-hal yang dipelajari dari si ibu. Contohnya adalah aku, aku banyak belajar dari mama. Aku bersyukur banget memiliki ibu seorang guru. Sedari dini diajari oleh ibu guru yang galak. Walaupun galak dan disiplin, mama selalu siap bantuin kalau ada tugas sekolah yang susah.
Aku pingin jadi ibu yang kayak gitu. Berkarir tapi masih bisa ngajarin anaknya. Aku dokter dan aku yakin aku bisa. Sama seperti dr. Upik, SpOG yang suatu hari pernah kumintakan soal untuk materi workshop dan beliau jawab
"Dek, saya kirim subuh aja ya, saya malam harus ngajarin anak saya belajar mau ujian"
Nah ini contohnya, seorang spesialis obgyn yang sedang menjadi trainee (sekolah subspesialis) tapi tetep bisa membagi waktu dengan anak. Why we can't do that?
Finally, sampai saat ini aku menyakini bahwa anak itu banyak ter-influence oleh ibunya. Jadi kita sebagai seorang perempuan harus punya kualitas diri yang baik. Kualitas diri menurutku, meliputi akhlah dan juga pengetahuan kita. Our children deserve a great mother.
Semangat untuk perempuan dimanapun dia berada, semoga kebahagian selalu bersama kita
Sebuah positingan status WA ibuku, semoga Allah menjadikan aku dan adikku anak yang berbakti. |
HDM
4/21/21
Comments
Post a Comment